Beberapa hari yang lalu saya sempat melihat video dari Al Jazeera tentang Halima Aden, seorang model yang dulunya pernah hidup di penampungan pengungsi. Lalu saya teringat dengan Yousuf Karsh, seorang portrait photographer terkenal yang saya sukai hasil karyanya. Dia adalah penyintas (survivor) dari peristiwa Armenian Genocide yang dilakukan oleh Kerajaan Ottoman atau yang sekarang dikenal sebagai negara Turki.
Yousuf Karsh pindah ke Kanada sebagai pengungsi. Di awal hidupnya di Kanada dia belajar fotografi dari pamannya yang hidup di wilayah Quebec. Setelah itu ia belajar dari seorang fotografer asal Armenia ternama di Boston.
Dari fotografer di Boston inilah Yousuf Karsh mendalami portrait photography dan setelah itu membuka studio fotonya sendiri di Ottawa.

Yousuf Karsh fonds/Library and Archives Canada/ R613-718. Source http://www.thecanadianencyclopedia.ca/en/
Nama Yousuf Karsh mulai dikenal orang setelah memotret Winston Churchill, karya portrait fotonya ini dianggap berhasil ‘menangkap’ karakter Winston Churchill seutuhnya di masa itu. Yousuf Karsh memang dikenal sebagai fotografer yang banyak memotret pesohor dunia. Selain itu, karyanya juga memiliki ciri pencahayaan yang dramatis, ini adalah ilmu yang dia dapatkan saat di Boston.
Selain karya dan perjalanan hidupnya, saya suka sebuah kalimat dari Yousuf Karsh yang sering saya sampaikan ketika mengajar fotografi.
“Look and Think before opening the shutter. The heart and mind are the true lens of the camera”
– Yousuf Karsh
Perjalanan hidup Yousuf Karsh bagi saya memang sangat menginspirasi. Dari beberapa sumber yang saya baca, dia sempat tinggal di penampungan pengungsi di Allepo sebelum ke Kanada dan akhirnya menjadi salah seorang fotografer yang berpengaruh di dunia.
Sayangnya saya belum menemukan bacaan yang detil tentang kisah Yousuf Karsh di penampungan, tapi saya yakin hidupnya dan seluruh keluarganya yang selamat dari peristiwa Armenian genocide pasti sangat berat kala itu. Beruntunglah dia selamat sehingga dunia fotografi dan juga banyak orang, termasuk saya, jadi bisa menikmati karyanya. Salah satu hasil fotonya yang saya suka adalah foto portrait Audrey Hepburn.

Di Indonesia juga ada fotografer sukses yang dulunya hidup sengsara namun berhasil mengatasi semua masalahnya. Cerita-cerita semacam ini bagi saya sangat berguna ketika menjalani profesi sebagai fotografer. Karena selain ilmu, semangat pantang menyerah adalah kunci keberhasilan juga. Setuju kan, ya?
—

Gill…kamu check baby check deh https://yousufkurniawan.wordpress.com/2017/09/12/sekilas-tentang-streetphotography/
LikeLike
udah, barusan main ke sana. Thanks yow
LikeLike